Selamatan kehamilan,
seperti 3 bulanan atau 7 bulanan, tidak ada
dalam ajaran Islam. Itu
termasuk perkara baru dalam agama, dan
semua perkara baru dalam agama adalah bid’ah, dan semua bid’ah
a/ sesat dan setiap yg sesat a/ di neraka tempat kembalinya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
ﻭَﺇِﻳَّﺎﻛُﻢْ ﻭَﻣُﺤْﺪَﺛَﺎﺕِ ﺍﻟْﺄُﻣُﻮﺭِ ﻓَﺈِﻥَّ ﻛُﻞَّ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺔٍ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﻭَﻛُﻞَّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻠَﺎﻟَﺔٌ
Jauhilah semua perkara baru (dalam agama),
karena semua perkara baru (dalam agama)
adalah bid’ah, dan
semua bid’ah
merupakan kesesatan.
HR Abu Dawud, no.
4607; Tirmidzi, 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan
lainnya dari Al ‘Irbadh bin Sariyah.
Kemudian, jika
selamatan kehamilan tsbt disertai dengan keyakinan akan
membawa
keselamatan
dan kebaikan, dan
sebaliknya jika tidak dilakukan akan menyebabkan bencana atau keburukan, maka
keyakinan seperti itu merupakan
kemusyrikan. Karena
sesungguhnya
keselamatan dan
bencana itu hanya di tangan Allah Subhanahu wa Ta'ala semata. Allah berfirman:
ﻗُﻞْ ﺃَﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﻥَ ﻣِﻦ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠﻪِ
ﻣَﺎ ﻻَ ﻳَﻤْﻠِﻚُ ﻟَﻜُﻢْ ﺿَﺮًّﺍ ﻭَﻻَ
ﻧَﻔْﻌًﺎ ﻭﺍﻟﻠﻪُ ﻫُﻮَ ﺍﻟﺴَّﻤِﻴﻊُ ﺍﻟْﻌَﻠﻴِﻢُ
Katakanlah: "Mengapa kamu menyembah
selain daripada Allah,sesuatu yang tidak
dapat memberi
mudharat kpdmu
dan tidak (pula)
memberi manfa'at?".
Dan Allah-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. QS Al-Maidah : 76.
Demikian juga dengan
pembacaan diba’ pada saat perayaan tersebut,
ataupun lainnya, tidak ada dasarnya dalam
ajaran Islam. Karena pada di zaman Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan
para sahabat, diba itu tidak ada. Diba’ yang dimaksudkan ialah
Maulid Ad Daiba’ii, buku yang berisi kisah kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam,dan
pujian serta sanjungan kepada Beliau. Banyak
pujian tersebut yang ghuluw (berlebihan,
melewati batas).
Misalnya seperti
perkataan:
ﻓَﺠْﺮِﻱُّ ﺍﻟْﺠَﺒِﻴْﻦِ ﻟَﻴْﻠِﻲُّ
ﺍﻟﺬَّﻭَﺁﺋِﺐِ
* ﺍَﻟْﻔِﻲُّ ﺍﻟْﺄََﻧْﻒِ ﻣِﻴْﻤِﻲُّ ﺍﻟْﻔَﻢِ
ﻧُﻮْﻧِﻲُّ ﺍﻟْﺤَﺎﺟِﺐِ *
ﺳَﻤْﻌُﻪُ ﻳَﺴْﻤَﻊُ ﺻَﺮِﻳْﺮَ ﺍﻟْﻘَﻠَﻢِ ﺑَﺼَﺮُﻩُ ﺇِﻟﻲَ ﺍﻟﺴَّﺒْﻊِ ﺍﻟﻄِّﺒَﺎﻕِ ﺛَﺎﻗِﺐٌ *
Dahi Beliau (Nabi
Muhammad S.A.W)
seperti fajar,rambut
depan Beliau seperti malam, hidung Beliau
berbentuk (huruf) alif,mulut Beliau berbentuk
(huruf) mim, alis Beliau berbentuk (huruf) nun,
pendengaran Beliau mendengar suara qolam
(pena yang menulis taqdir), pandangan
Beliau menembus tujuh lapisan (langit atau bumi).
Kalimat“pendengaran Beliau mendengar suara
qolam (pena yang
menulis taqdir)”, jika yang dimaksudkan pada saat mi’raj saja,memang
benar,sebagaimana telah disebutkan di dalam hadits2 tentang mi’raj.
Namun jika
setiap saat, maka ini merupakan kalimat yang melewati batas.
Padahal nampaknya,
demikian inilah yang dimaksudkan, dengan dalil kalimat berikutnya,
yaitu kalimat
“pandangan Beliau menembus tujuh lapisan
(langit atau bumi)”. Dan kalimat kedua ini juga
pujian ghuluw
(melewati
batas). Karena
sesungguhnya Nabi Muhammad S.A.W tidak
mengetahui perkara ghaib. Yang mengetahui
perkara ghaib hanyalah Allah Azza wa Jalla .
Allah berfirman:
ﻗُﻞ ﻻَّ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﻣَﻦ ﻓِﻲ
ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍْﻷَﺭْﺽِ ﺍﻟْﻐَﻴْﺐَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﻣَﺎ ﻳَﺸْﻌُﺮُﻭﻥَ ﺃَﻳَّﺎﻥَ ﻳُﺒْﻌَﺜُﻮﻥَ
Katakanlah: "Tidak ada
seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali
Allah", dan mereka
tidak mengetahui bila mereka
akan dibangkitkan. QS.
An Naml : 65.
‘Aisyah Radhiyallahu
'anha, istri Nabi
S.A.W, pernah
menerima tuduhan keji
pada peristiwa
“haditsul ifk”. Dan Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam tidak mengetahui kebenaran
tuduhan tersebut,
sampai kemudian turun pemberitaan dari Allah dalam surat An Nuur yang membersihkan
‘Aisyah dari tuduhan keji
tersebut. Dan buku Maulid Ad Daiba’ii berisi
hadits tentang Nur (cahaya) Muhammad
S.A.W, yang termasuk hadits palsu.
Dalam peristiwa
Bai’atur Ridhwan, Nabi Muhammad S.A.W tidak
mengetahui hakikat berita kematian Utsman
bin ‘Affan Radhiyallahu
'anhu , sehingga
terjadilah Bai’atur
Ridhwan. Namun
ternyata, waktu itu Utsman Radhiyallahu
'anhu masih hidup.
Bahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala
memerintahkan
RasulNya untuk
mengumumkan:
ﻗُﻞ ﻵﺃَﻗُﻮﻝُ ﻟَﻜُﻢْ ﻋِﻨﺪِﻯ
ﺧَﺰَﺁﺋِﻦُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻵﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺍﻟْﻐَﻴْﺐَ
Katakanlah: "Aku tidak mengatakan
kepadamu,bahwa perbendaharaan
Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib”.
QS Al An’am : 50
Berdasarkan penjelasan
tersebut di atas,
bagaimana mungkin seseorang boleh
mengatakan
“pandangan Beliau menembus tujuh lapisan
(langit atau bumi)”?
Semoga jawaban ini cukup bagi kita.
Kesimpulan yang dapat kita ambil, bahwa selamatan kehamilan
dan pembacaan diba’ termasuk perbuatan
maksiat, karena
termasuk bid’ah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar